Total Tayangan Halaman

Rabu, 06 Juli 2011

Ungkapan Kepada:

Duhai suamiku...
Kadangkala mungkin
tergambar di benak fikiranmu,
bahwa engkau telah salah
ketika memilih diriku menjadi
pasanganmu. Kadang kala ia mengganggu dalam pergaulan
sehari-harimu denganku,
terkadang ku takut perasaan
cintamu berubah menjadi
benci, limpahan kasih
sayangmu menjelma menjadi kemarahan, dan ketenangan
pun berubah menjadi
ketegangan. Suamiku.....
Di saat engkau masih sibuk
dengan pekerjaan yang tak
kunjung selesai, tak jarang
aku kau abaikan. Waktu di
rumah pun, kadang ku ikhlaskan demi masa
depanmu. Bukankah engkau
tahu aku pun butuh perhatian
darimu. Terkadang ku cari
perhatian itu, namun terlihat
salah dipandanganmu. Kalaulah itu terlihat salah, semoga
engkau bisa melihat
kebaikanku yang lain.
Bukankah Allah SWT yang
mempertemukan dan
menyatukan hati kita berpesan, "Dan pergaulilah
mereka (isterimu) dengan
baik. Kemudian bila kamu
tidak menyukai mereka,
(maka bersabarlah) karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal
Allah menjadikan padanya
kebaikan yang banyak." [QS:
An Nisa' 19]. Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam
yang kita cintai pun berpesan, "Sempurnanya iman seseorang
mukmin adalah mereka yang
baik akhlaknya, dan yang
terbaik (pergaulannya) dengan
istri-istri mereka." Jika engkau
melihat kekurangan pada diriku, ingatlah kembali pesan
beliau, Jangan membenci
seorang mukmin (laki-laki)
pada mukminat (perempuan)
jika ia tidak suka suatu
kelakuannya pasti ada juga kelakuan lainnya yang ia
sukai. (HR. Muslim) Sadarkah engkau bahwa tiada
manusia di dunia ini yang
sempurna segalanya?
Bukankah engkau tahu bahwa
hanyalah Alllah yang Maha
Sempurna. Tidaklah sepatutnya bila kau hanya
menghitung-hitung
kekurangan pasangan
hidupmu, sedangkan engkau
sendiri tak pernah sekalipun
menghitung kekurangan dan kesalahanmu. Janganlah
engkau mencari-cari selalu
kesalahanku, padahal aku
telah taat kepadamu. Saat diriku rela pergi bersama
dirimu, kutinggalkan orangtua
dan sanak saudaraku, ku ingin
engkaulah yang mengisi
kekosongan hatiku. Naungilah
diriku dengan kasih sayang, dan senyuman darimu. Ku
ingat pula saat aku ragu
memilih siapa pendampingku, ketakwaan yang terlihat
dalam keseharianmu-lah yang
mempesona diriku. Bukankah
sahabat Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam, Ali bin Abi
Tholib saat ditanya oleh seorang, "Sesungguhnya aku
mempunyai seorang anak
perempuan, dengan siapakah
sepatutnya aku nikahkan
dia?" Ali r.a. pun menjawab,
"Kawinkanlah dia dengan lelaki yang bertakwa kepada
Allah, sebab jika laki-laki itu
mencintainya maka dia akan
memuliakannya, dan jika ia
tidak menyukainya maka dia
tidak akan menzaliminya." Ku harap engkaulah laki-laki itu,
duhai suamiku. Saat terjadi kesalahan yang
tak sengaja ku lakukan,
mungkin saat itu engkau
mendambakan diriku sebagai
istri tanpa kekurangan dan
kelemahan, sadarlah, sesungguhnya egois telah
menguasai dirimu. Perbaikilah
kekurangan diriku dengan
lemah lembut, janganlah kasar
terhadapku. Bukankah
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam telah mengajarkan
kepada dirimu, saat Muawiah
bin Ubaidah bertanya kepada
beliau tentang tanggungjawab
suami terhadap istri, beliaupun
menjawab, "Dia memberinya makan ketika ia makan, dan
memberinya pakaian ketika
dia berpakaian." Janganlah
engkau keras terhadapku,
karena Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wa Sallam pun tak pernah berbuat kasar terhadap
istri-istrinya. Duhai Suamiku...
Tahukah engkau anugerah
yang akan engkau terima dari
Allah di akhirat kelak?
Tahukah engkau pula balasan
yang akan dianugerahkan kepada suami-suami yang
berlaku baik terhadap istri-istri
mereka? Renungkanlah
bahwa, "Mereka yang berlaku
adil, kelak di hari kiamat akan
bertahta di singgasana yang terbuat dari cahaya. Mereka
adalah orang yang berlaku adil
ketika menghukum, dan adil
terhadap istri-istri mereka
serta orang-orang yang
menjadi tanggungjawabnya." [HR
Muslim]. Kudoakan bahwa
engkaulah yang kelak salah
satu yang menempati
singgasana tersebut, dan aku
adalah permaisuri di istanamu. Jika engkau ada waktu
ajarkanlah diriku dengan ilmu
yang telah Allah berikan
kepadamu. Apabila engkau
sibuk, maka biarkan aku
menuntut ilmu, namun tak akan kulupakan
tanggungjawabku, sehingga
kelak diriku dapat menjadi
sekolah buat putra-putrimu.
Bukankah seorang ibu adalah
madrasah ilmu pertama buat putra-putrinya? Semoga
engkau selalu mendampingiku
dalam mendidik putra-putri
kita dan bertakwa kepada
Allah.
Wahai Allah, Engkau-lah saksi ikatan hati
ini...
Aku telah jatuh cinta kepada
lelaki pasangan hidup ku,
jadikanlah cinta ku pada
suamiku ini sebagai penambah kekuatan ku untuk mencintai-
Mu.
Namun, kumohon pula, jagalah
cintaku ini agar tidak melebihi
cintaku kepada-Mu,
hingga aku tidak terjatuh pada jurang cinta yang semu,
jagalah hatiku padanya agar
tidak berpaling pada hati-Mu.
Jika ia rindu, jadikanlah rindu syahid di
jalan-Mu lebih ia rindukan
daripada kerinduannya
terhadapku,
jadikan pula kerinduan
terhadapku tidak melupakan kerinduannya terhadap surga-
Mu.
Bila cintaku padanya telah
mengalahkan cintaku kepada-
Mu, ingatkanlah diriku, jangan
Engkau biarkan aku tertatih
kemudian tergapai-gapai
merengkuh cinta-Mu.
Ya Allah,
Engkau mengetahui bahwa hati-hati ini telah berhimpun
dalam cinta pada-Mu,
telah berjumpa pada taat pada-
Mu,
telah bersatu dalam dakwah
pada-Mu, telah berpadu dalam membela
syariat-Mu.
Kokohkanlah ya Allah
ikatannya. Kekalkanlah
cintanya.
Tunjukilah jalan-jalannya. Penuhilah hati-hati ini dengan
nur-Mu yang tiada pernah
pudar.
Lapangkanlah dada-dada kami
dengan limpahan keimanan
kepada-Mu dan keindahan bertawakal di jalan-Mu.
Amin ya rabbal alamin. Semoga bermanfaat...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar