Total Tayangan Halaman

Kamis, 07 Juli 2011

ARIFATUL ULUM

Segala puji bagi Allah, Rabb
pemberi segala nikmat dan
yang berhak disembah.
Shalawat dan salam kepada
penutup para Nabi, yaitu Nabi
Muhammad, istri-istri beliau, keluarga, para sahabat yang
berjuang keras membela Islam
dan setiap orang yang
mengikuti mereka dalam
kebaikan hingga akhir zaman. Sebagian ulama dan ahli ibadah
punya keyakinan bahwa jika
seseorang beribadah dan
mengharap-harap balasan
akhirat yang Allah janjikan
maka ini akan mencacati keikhlasannya. Walaupun
mereka tidak menyatakan
batalnya amalan karena
maksud semacam ini, namun
mereka membenci jika
seseorang punya maksud demikian. Mereka pun mengatakan, “Jika aku beribadah pada Allah
karena mengharap surga-Nya
dan karena takut akan siksa
neraka-Nya, maka aku adalah
pekerja yang jelek. Tetapi aku
hanya ingin beribadah karena cinta dan rindu pada-Nya. ” Perkataan ini juga
dikemukakan oleh Robi ’ah Al ‘Adawiyah, Imam Al Ghozali dan Syaikhul Islam Ismail Al
Harowi.1 Di antara perkataan
Robi’ah Al Adawiyah dalam bait syairnya, “Aku sama sekali tidak mengharap surga
dan takut pada neraka
(sebagai balasan ibadah). Dan
aku tidak mengharap rasa
cintaku ini sebagai pengganti. ” Jadi intinya mereka
bermaksud mengatakan
bahwa janganlah seseorang
beramal karena ingin
mengharap pahala, mengharap
balasan di sisi Allah, ingin mengharap surga atau takut
pada siksa neraka. Ini
namanya tidak ikhlas. Namun jika kita perhatikan
kembali pada Al Qur ’an dan petunjuk Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, sungguh pendapat mereka-mereka jauh
dari kebenaran. Berikut
beberapa buktinya. Semoga
Allah memberikan
kepahaman.
Allah Memerintahkan untuk Berlomba Meraih Kenikmatan
di Surga. Setelah menyebutkan berbagai
kenikmatan di surga dalam
surat Al Muthaffifin, Allah
Ta’ala pun memerintah untuk berlomba-lomba meraihnya,
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-
lomba. ” (QS. Al Muthaffifin: 26) Dalam Al Qur ’an pun Disebutkan Balasan dari Suatu
Amalan
Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, bagi mereka adalah
surga Firdaus menjadi tempat
tinggal, mereka kekal di
dalamnya, mereka tidak ingin
berpindah dari padanya. ” (QS. Al Kahfi: 107-108)
Al Qur’an Memberi Kabar Gembira dan Peringatan
Allah Ta’ala berfirman, “Al Qur’an sebagai bimbingan yang lurus, untuk
memperingatkan siksaan yang
sangat pedih dari sisi Allah dan
memberi berita gembira
kepada orang-orang yang
beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka
akan mendapat pembalasan
yang baik. ” (QS. Al Kahfi: 2) Sifat Orang Beriman, Beribadah
dengan Khouf (Takut) dan
Roja’ (Harap) Allah Ta’ala berfirman, “Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri
mencari jalan kepada Tuhan
mereka siapa di antara mereka
yang lebih dekat (kepada
Allah) dan mengharapkan
rahmat-Nya dan takut akan azab-Nya; sesungguhnya azab
Tuhanmu adalah suatu yang
(harus) ditakuti. ” (QS. Al Israa’: 57) Sifat ‘Ibadurrahman Berlindung dari Siksa Neraka
Allah Ta’ala berfirman, “Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, jauhkan azab jahannam dari
kami, sesungguhnya azabnya
itu adalah kebinasaan yang
kekal ”. ” (QS. Al Furqon: 65) Sifat Ulil Albab juga Berlindung
dari Siksa Neraka
Allah Ta’ala berfirman, “(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri
atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka
memikirkan tentang
penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka
peliharalah kami dari siksa
neraka. Ya Tuhan kami,
sesungguhnya barangsiapa yang Engkau masukkan ke
dalam neraka, maka sungguh
telah Engkau hinakan ia, dan
tidak ada bagi orang-orang
yang zalim seorang
penolongpun. Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami
mendengar (seruan) yang
menyeru kepada iman, (yaitu):
“Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami,
ampunilah bagi kami dosa-
dosa kami dan hapuskanlah
dari kami kesalahan-kesalahan
kami, dan wafatkanlah kami
beserta orang-orang yang banyak berbakti. Ya Tuhan
kami, berilah kami apa yang
telah Engkau janjikan kepada
kami dengan perantaraan
rasul-rasul Engkau. Dan
janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat.
Sesungguhnya Engkau tidak
menyalahi janji. ” ” (QS. Ali Imron: 191-194) Malaikat pun Meminta pada
Allah Surga
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika menceritakan
keadaan para malaikat, beliau
bersabda bahwa Allah Ta ’ala berfirman,
“Apa yang para malaikat mohon pada-Ku?” “Mereka memohon pada-Mu surga,” sabda beliau.
Lihatlah malaikat pun meminta
pada Allah surga, padahal
mereka adalah seutama-
utamanya wali Allah. Sifat-
sifat para malaikat adalah, “Malaikat-malaikat itu tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang
diperintahkan. ” (QS. At Tahrim: 6) Asiyah, istri Fir ’aun yang Beriman Meminta Rumah di
Surga
Allah Ta’ala berfirman, “Dan Allah membuat isteri Fir’aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman,
ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku
sebuah rumah di sisi-Mu dalam
firdaus, dan selamatkanlah aku
dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari
kaum yang zhalim. ” (QS. At Tahrim: 11). Padahal Asiyah
lebih utama dari Robi’ah Al Adawiyah, namun ia pun
masih meminta pada Allah
surga.
Para Nabi Beribadah dengan
Roghbah (Harap) dan Rohaba
(Cemas/Takut) Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu
bersegera dalam
(mengerjakan) perbuatan-
perbuatan yang baik dan
mereka berdoa kepada Kami
dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang
yang khusyu ’ kepada Kami. ” (QS. Al Anbiya ’: 90)2 Nabi Ibrahim ‘alaihis salam pun Meminta Surga
Sebagaimana do’a Nabi Ibrahim -kholilullah/ kekasih
Allah-,
“Dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang
mempusakai surga yang
penuh kenikmatan, dan
ampunilah bapakku, karena
sesungguhnya ia adalah
termasuk golongan orang- orang yang sesat, dan
janganlah Engkau hinakan aku
pada hari mereka
dibangkitkan. ” (QS. Asy Syu ’ara: 85-87) Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam pun Meminta Surga
Dari Abu Sholih, dari beberapa
sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam pernah bertanya kepada seseorang,
“Do’a apa yang engkau baca di dalam shalat?” “Aku membaca tahiyyat, lalu aku ucapkan ‘Allahumma inni as-alukal jannah wa a ’udzu bika minannar‘ (aku memohon pada-Mu surga dan
aku berlindung dari siksa
neraka). Aku sendiri tidak
mengetahui kalau engkau
mendengungkannya begitu
pula Mu’adz”, jawab orang tersebut. Kemudian Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Kami sendiri memohon surga (atau
berlindung dari neraka).”3 Nabi Menyuruh Meminta
Tempat yang Mulia untuknya
di Surga
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash, beliau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Apabila kalian mendengar mu’adzin, maka ucapkanlah sebagaimana yang diucapkan
oleh muadzin, lalu
bershalawatlah kepadaku,
maka sungguh siapa saja yang
bershalawat kepadaku sekali,
Allah akan bershalawat kepadanya sebanyak 10 kali.
Kemudian mintalah pada Allah
wasilah bagiku karena wasilah
adalah sebuah kedudukan di
surga. Tidaklah layak
mendapatkan kedudukan tersebut kecuali untuk satu
orang di antara hamba Allah.
Aku berharap aku adalah dia.
Barangsiapa meminta wasilah
untukku, dia berhak
mendapatkan syafa ’atku. ”4 Yang dimaksud dengan
wasilah adalah kedudukan
tinggi di surga. Sebagaimana
terdapat dalam sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya wasilah adalah kedudukan (derajat yang
mulia) di sisi Allah. Tidak ada
lagi kedudukan yang mulia di
atasnya. Maka mintalah pada
Allah agar memberiku wasilah
di antara hamba-Nya yang lain.”5 Setelah Kita Menyaksikan
Setelah kita melihat sendiri dan
menyaksikan dengan seksama
berbagai ayat al Qur ’an dan riwayat hadits yang telah
kami kemukakan di atas, ini
menunjukkan bahwa seluruh
ajaran agama ini mengajak
setiap hamba untuk mencari
surga dan berlindung dari neraka-Nya. Dalil-dalil tersebut
juga menunjukkan bahwa
para rasul, para nabi, para
shidiq, para syuhada ’, para malaikat dan para wali Allah
yang mulai, mereka semua
beramal karena ingin meraih
surga dan takut akan siksa
neraka. Mereka adalah hamba
Allah terbaik, lantas pantaskah mereka disebut pekerja yang
jelek?!
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
mengatakan,
“Meminta surga dan berlindung dari siksa neraka
adalah jalan hidup para Nabi
Allah, utusan Allah, seluruh
wali Allah, ahli surga yang
terdepan (as sabiqun al
muqorrobun) dan ahli surga pertengahan (ash-habul
yamin).”6 Salah Paham dengan
Kenikmatan di Surga dan Siksa
Neraka
Mengenai perkataan sebagian
sufi,
“Aku tidaklah beribadah pada- Mu karena menginginkan
nikmat surga-Mu dan takut
pada siksa neraka-Mu ”, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
telah memberikan jawaban,
“Perkataan ini muncul karena sangkaannya bahwa surga
sekedar nama tempat yang
akan diperoleh berbagai
macam nikmat. Sedangkan
neraka adalah nama tempat
yang mana makhluk akan mendapat siksa di dalamnya.
Ini termasuk
mendeskreditkan dan
meremehkan yang dilakukan
oleh mereka-mereka karena
salah paham dengan kenikmatan surga.
Kenikmatan di surga adalah
segala sesuatu yang dijanjikan
kepada wali-wali Allah dan
juga termasuk kenikmatan
karena melihat Allah. Yang terakhir ini juga termasuk
kenikmatan di surga. Oleh
karenanya, makhluk Allah
yang paling mulia selalu
meminta surga pada Allah dan
selalu berlindung dari siksa neraka.”7 Melihat wajah Allah di akhirat
kelak, itulah kenikmatan yang
paling besar dan istimewa dari
kenikmatan lainnya. Dari
Shuhaib, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Jika penduduk surga memasuki surga, Allah Ta ’ala pun mengatakan pada mereka,
“Apakah kalian ingin sesuatu sebagai tambahan untuk
kalian?” “Bukankah engkau telah membuat wajah kami
menjadi berseri, telah
memasukkan kami ke dalam
surga dan membebaskan kami
dari siksa neraka ?”, tanya penduduk surga tadi. Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allah pun membuka hijab (tirai). Maka
mereka tidak pernah diberi
nikmat yang begitu mereka
suka dibanding dengan nikmat
melihat wajah Rabb mereka
‘azza wa jalla. ”8 Siksaan di neraka yang paling
berat adalah karena tidak
memperoleh nikmat yang
besar ini yaitu melihat Allah
Ta’ala. Orang-orang kafir tidak merasakan melihat wajah
Allah yang merupakan nikmat
terbesar yang diperoleh oleh
penduduk surga. Inilah
kerugian dan siksaan bagi
mereka. Allah Ta ’ala berfirman, ٍﺬِﺌَﻣْﻮَﻳ ْﻢِﻬِّﺑَﺭ ْﻦَﻋ ْﻢُﻬَّﻧِﺇ ﺎﻠﻛ َﻥﻮُﺑﻮُﺠْﺤَﻤَﻟ “Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada
hari itu benar-benar tertutup
dari melihat wajah Tuhan
mereka. ” (QS. Al Muthaffifin: 15). Imam Syafi ’i berdalil dengan mafhum (makna
tersirat) ayat ini,
“Ayat ini adalah dalil bahwa orang-0rang beriman akan
melihat Allah ‘azza wa jalla pada hari itu (hari kiamat). ”9 Inilah pikiran picik yang
membatasi kenikmatan di
surga hanya dengan
merasakan berbagai nikmat,
seperti sungai, bidadari, buah-
buahan, namun ada nikmat yang lebih daripada itu yaitu
nikmat melihat Allah Ta ’ala. Kesimpulan
Yang namanya ikhlas adalah
seseorang beramal dengan
mengharap segala apa yang
ada di sisi Allah, yaitu
mengharap surga dengan segala kenikmatannya (baik
bidadari, berbagai buah, sungai
di surga, rumah di surga, dsb),
termasuk pula dalam hal ini
adalah ingin melihat Allah di
akhirat kelak. Begitu pula yang namanya ikhlas adalah
seseorang beribadah karena
takut akan siksa neraka. Inilah
yang namanya ikhlas.
Jika seseorang tidak memiliki
harapan untuk meraih surga dan takut akan neraka, maka
semangatnya dalam
beramalnya pun jadi lemah.
Namun jika seseorang dalam
beramal selalu ingin
mengharapkan surga dan takut akan siksa neraka, maka
ia pun akan semakin semangat
untuk beramal dan usahanya
pun akan ia maksimalkan. Semoga Allah senantiasa
menganugerahkan kita
keikhlasan dalam beramal,
harapan yang kuat untuk
meraih surga-Nya dan rasa
takut akan siksa neraka-Nya. Segala puji bagi Allah yang
dengan nikmat-Nya segala
kebaikan menjadi sempurna. Penulis: Muhammad Abduh
Tuasikal
Artikel Rumaysho.com
Disempurnakan di Pangukan-
Sleman, 26 Muharram 1431 H Footnote:
1 Ta’thirul Anfas min Haditsil Ikhlas, Dr. Sayid bin Husain Al
‘Afani, hal. 365-366, Darul ‘Affani, 1421 H. [Pembahasan selanjutnya banyak kami
ambil faedah dari kitab ini]
2 Ada dua tafsiran mengenai
surat Al Anbiya ’ ayat 90. Ada yang mengatakan bahwa
yang dimaksud adalah
Zakariya dan istrinya. Ada
pula sebagian ulama yang
mengatakan bahwa yang
dimaksud adalah semua nabi yang disebutkan dalam surat
Al Anbiya ’. Lihat penjelasan Ibnul Jauzi dalam Zaadul Masiir
ketika menjelaskan surat ini.
3 HR. Abu Daud no. 792, Ibnu
Majah no. 910, dan Ahmad
(3/474). Syaikh Al Albani
mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih wa Dhoif
Sunan Abu Daud no. 792.
4 HR. Muslim no. 875
5 HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Awsoth. Hadits ini
dikatakan shohih oleh Syaikh
Al Albani dalam Fadhlu Sholah
‘alan Nabi no. 49 6 Majmu’ Al Fatawa, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, 10/701,
Darul Wafa ’,cetakan ketiga, 1426 H
7 Majmu’ Al Fatawa, 10/240-241.
8 HR. Muslim no. 181.
9 Tafsir Al Qur ’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 14/287, Muassasah
Qurthubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar