Total Tayangan Halaman

Rabu, 06 Juli 2011

SITI KHADIJAH RA.

Ia adalah wanita yang terus
hidup dalam hati suaminya
sampaipun ia telah meninggal
dunia. Tahun-tahun yang terus
berganti tidak dapat mengikis
kecintaan sang suami padanya. Panjangnya masa tidak dapat
menghapus kenangan
bersamanya di hati sang suami.
Bahkan sang suami terus
mengenangnya dan bertutur
tentang andilnya dalam ujian, kesulitan dan musibah yang
dihadapi. Sang suami terus mencintainya
dengan kecintaan yang
mendatangkan rasa cemburu
dari istri yang lain, yang
dinikahi sepeninggalnya.
(Mazin bin Abdul Karim Al Farih dalam kitabnya Al Usratu
bilaa Masyaakil Suatu hari istri beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam
yang lain (yakni ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha) berkata,
“Aku tidak pernah cemburu
kepada seorang pun dari istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam seperti cemburuku pada
Khadijah, padahal aku tidak
pernah melihatnya, akan
tetapi Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam selalu menyebutnya.” (HR. Bukhari) Ya, dialah Khadijah bintu
Khuwailid bin Asad bin ‘Abdul
‘Uzza bin Qushai. Dialah wanita
yang pertama kali dinikahi
oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Bersamanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam membina rumah tangga
harmonis yang terbimbing
dengan wahyu di Makkah.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak menikah dengan wanita lain sehingga dia
meninggal dunia. Saat menikah, Khadijah
radhiyallahu ‘anha berusia 40
tahun sementara Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
berusia 25 tahun. Saat itu ia
merupakan wanita yang paling terpandang, cantik dan
sekaligus kaya. Ia menikah dengan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
tak lain karena mulianya sifat
beliau, karena tingginya
kecerdasan dan indahnya
kejujuran beliau. Padahal saat itu sudah banyak para pemuka
dan pemimpin kaum yang
hendak menikahinya. Ia adalah wanita terbaik
sepanjang masa. Ia selalu
memberi semangat dan
keleluasaan pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk mencari kebenaran. Ia sendiri yang menyiapkan
bekal untuk Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam
saat beliau menyendiri dan
beribadah di gua Hira’. Seorang pun tidak akan lupa
perkataannya yang masyhur
yang menjadikan Nabi
merasakan tenang setelah
terguncang dan merasa
bahagia setelah bersedih hati ketika turun wahyu pada kali
yang pertama, “Demi Allah,
Allah tidak akan
menghinakanmu selama-
lamanya. Karena sungguh engkau suka
menyambung silaturahmi,
menanggung kebutuhan orang
yang lemah, menutup
kebutuhan orang yang tidak
punya, menjamu dan memuliakan tamu dan engkau
menolong setiap upaya
menegakkan kebenaran.” (HR.
Muttafaqun ‘alaih) (Mazin bin
Abdul Karim Al Farih dalam
kitabnya Al Usratu bilaa Masyaakil) Pun, saat suaminya menerima
wahyu yang kedua berisi
perintah untuk mulai berjuang
mendakwahkan agama Allah
dan mengajak pada tauhid, ia
adalah wanita pertama yang percaya bahwa suaminya
adalah utusan Allah dan
kemudian menyatakan
keislamannya tanpa ragu-ragu
dan bimbang sedikit pun juga. Khadijah termasuk salah satu
nikmat yang Allah
anugerahkan pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dia mendampingi beliau selama
seperempat abad, menyayangi beliau di kala resah, melindungi
beliau pada saat-saat yang
kritis, menolong beliau dalam
menyebarkan risalah,
mendampingi beliau dalam
menjalankan jihad yang berat, juga rela menyerahkan diri
dan hartanya pada beliau.
(Syaikh Shafiyurrahman Al
Mubarakfury di dalam Sirah
Nabawiyah) Suatu kali ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha berkata
pada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam setelah beliau
menyebut-nyebut Khadijah,
“Seakan-akan di dunia ini tidak ada wanita lain selain
Khadijah?!” Maka beliau
berkata kepada ‘Aisyah,
“Khadijah itu begini dan
begini.” (HR. Bukhari) Dalam riwayat Ahmad pada
Musnad-nya disebutkan
bahwa yang dimaksud dengan
“begini dan begini” adalah
sabda beliau, “Ia beriman
kepadaku ketika semua orang kufur, ia membenarkan aku
ketika semua orang
mendustakanku, ia
melapangkan aku dengan
hartanya ketika semua orang
mengharamkan (menghalangi) aku dan Allah memberiku
rezeki berupa anak
darinya.” (Mazin bin Abdul
Karim Al Farih dalam kitabnya
Al Usratu bilaa Masyaakil) Karenanya saudariku
muslimah, jika engkau ingin
hidup dalam hati suamimu
maka sertailah dia dalam
mencintai dan menegakkan
agama Allah, sertailah dia dalam suka dan dukanya.
Jadilah engkau seperti
Khadijah hingga engkau kelak
mendapatkan apa yang ia
dapatkan. Sebagaimana yang
diriwayatkan dalam Shahih Bukhari, Jibril mendatangi nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam
seraya berkata, “Wahai
Rasulullah, inilah Khadijah
yang datang sambil membawa
bejana yang di dalamnya ada lauk atau makanan atau
minuman. Jika dia datang,
sampaikan salam kepadanya
dari Rabb-nya, dan sampaikan
kabar kepadanya tentang
sebuah rumah di surga, yang di dalamnya tidak ada suara
hiruk pikuk dan keletihan.” Saudariku muslimah, maukah
engkau menjadi Khadijah yang
berikutnya? Penyusun: Ummu
Abdirrahman Maraji:
1. Rumah Tangga tanpa
Problema (terjemahan dari Al
Usratu bilaa Masyaakil) karya
Mazin bin Abdul Karim Al Farih 2. Sirah Nabawiyah (terj)
karya Syaikh Shafiyurrahman
Al Mubarakfury

Tidak ada komentar:

Posting Komentar